1 SME (Sustainable Marketing Enterprise)
Ringkasan materi dari buku Managemen Pemasaran Syariah
Hermawan Kartajaya dan Muhammad
Syakir Sula. 2006. Syariah Marketing.
Konsep
kerangka kerja SME memberikan pandangan tentang konsep pemasaran dalam ekonomi
Islam syariah. Sustainable Loop dari David Hurst dari bukunya Crisis and
Renewal,dikutip oleh Syakir Sula yang menggambarkan fase-fase kehidupan
perusahaan dalam perjalanan hidup layaknya manusia.
-
Sustainable = perusahaan yang mampu bertahan dan sukses, tidak
hanya pada saat ini tetapi juga pada masa yang akan datang
-
Marketing (Pemasaran) = sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarakan proses
penciptaan, penawaran dan perubahan value dari suatu inisiator kepada
stakeholdersnya.
-
Enterprise = sebagai komponen-komponen inspirasi, kultur dan institusi dari sebuah perusahaan.Ketiga
komponen ini saling berhubungan dan harus berjalan secara terintegrasi .
1). Enterprise (Perusahaan atau Lembaga Keuangan Syariah)
Anita Roddick pendiri The Body Shop, dikutip dari buku
Syariah Marketing oleh Hermawan Kartajaya (2006 : 138) menyatakan bahwa : “When a company grows, it is like watching
your child grow. Everything it does is existing. When it stumbles, says its
first word, it’s all exciting. Then it grows into this teenager and then into a
mature adult and maturity presupposes an unwillingness to change”
Perjalanan
hidup Perusahaan hampir sama dengan manusia,bedanya Cuma pada Perusahaan
diciptakan oleh manusia, Sedangkan
manusia diciptakan oleh Tuhan. Kalau manusia mati tidak bisa lagi
dihidupkan, Sedangkan Perusahaan masih bisa dihidupkan kembali. Jika perusahaan
ingin tetap hidup, pemimpin perusahaan harus melakukan tindakan creative destruction sebelum kresis
menghadang, misalnya dengan menjual beberapa anak perusahaan, melakukan
perubahan strategi bisnis secara mendasar atau PHK. Setelah itu perusahaan
dapat melakukan kembali siklus hidupnya. Satu infinity loop berakhir, loop
kedua pun langsung dimulai. Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang dapat
menjalankan loop-nya secara continue agar tetap dapat bertahan hidup dalam
pasar yang terus berubah.
a.
Prinsip-prinsip syariah marketing yang menyangkut Enterprise menurut Syakir
Sula, yaitu
15).
Create anable cause ( inspiration)
16).
Develop and ethical corporate culture (culture)
17).
Measurement must be clear and transparent (institution)
Komponen-komponen sebuah perusahaan adalah inspirasi, kultur dan institusi. Ketiga komponen ini saling
berhubungan dan harus berjalan secara terintegrasi.
- Inspirasi
merupakan otak sebagai sumber ide--à menyangkut
sebuah mimpi (dream)
-
budaya merupakan hati yang akan membentuk sikap dan perilaku, menyangkut
kepribadian (personality)
- Institusi
adalah tangan dan kaki kita dalam menjalankan aktivitas sehari-hari-àmenyangkut
aktivitas
Untuk menjadi perusahaan berbasis syariah, budaya perusahaan harus
berdasarkan nilai-nilai Islami. Institusinya harus mengimplementasikan
prinsip-prinsip syariah, value atau nilai-nilai Islami ini yang memegang
peranan penting untuk membentuk kepribadian suatu institusi. Contoh budaya
perusahaan : membiasakan keterbukaan, transparansi, dan kejujuran. Kita juga
harus membangun institusi yang efektif dan efisien dalam menjalankan aktivitas
sehari-hari.
b. Ciri-ciri
lembaga keuangan atau perusahaan yang baik
Lembaga
keuangan atau perusahaan yang baik sesuai rukun syariah menurut Muhammad Syafii Antonio dalam Kata Pengantar
buku Hermawan Kartajaya dan M. Syakir Sula, Syariah Marketing (2006 : xvi) mempunyai cirri-ciri sebagai berikut :
-
Inovasi
-
Efisiensi
-
Servis
-
Rensposibility
1). Inovasi :
merupakan ruh dari marketing karena setiap pemain pasar terbuka
harus memiliki suatu keunggulan yang membedakan dari pemain pasar lainnya, baik
dalam bentuk produk, layanan atau nilai tambah lainnya.
2). Efisiensi
-
Perusahaan atau lembaga keuangan bergerak untuk mencapai target market secara
efisien memiliki 3 elemen : segmentation, targeting dan positioning
-
Suatu kejelian membidik pasar yang cocok dengan produk dan layanan yang
dimiliki, kita dapat melakukan efisiensi
dalam pemasaran
- Bila kita mampu menyuguhkan produk kita untuk
nasabah yang benar-benar membutuhkan sesuai dengan preferensi , daya beli,
umum, situasi dan jelnis kelamin.
3).
Servis
Perusahaan itu adalah pelayan bagi
pelanggannya. Pelayanan harus dialakukan dengan penuh ketulusan dan keihlasan.
Di dalam Islam seorang yang memberikan pelayanan yang baik kepada saudaranya
akan mendapatkan dua keuntungan yaitu keuntungan komersial di dunia dan
keuntungan pahala diakhirat. Hal ini disebabkan karena pelayanan kepada orang
lain berarti kita mampu memenuhi kebutuhan orang lain atau meringankan
kesulitannya dan hal ini dicatat sebagai ibadah. Agar servis mengukuhkan brand
(value indicator) yang merupakan citra produk kita di pasar, maka servis ini
harus melalui suatu proses yang terus-menerus.
4).
Rensposibility
Inner calling (hati nurani) and rensposibilitas yang terintegrasi dan
transendental.
Rensposibiliti yang terintegrasi tidak saja terhadap
nasabah tetapi juga terhadap karyawan, pemegang saham, pemerintah, masyarakat,
alam lingkungan dan generasi penerus.
Rensposibiliti
yang transendental berarti pertanggungjawaban kita ketika hidup dan sesudahnya.
Sekalipun marketer telah mampu membuat senyum pelanggan, tetapi tindakannya
membuat Tuhan marah, maka ia telah gagal memasarkan produk,misalnya kita telah
mampu membuat sekelompok pria terpuaskan, tetapi strategi pemasarannya
menurukan derajat perempuan (dengan mengumbar lekuk dan keindahan tubuhnya),
maka iapun telah gagal memasarkan. Syariah marketing mengajarkan bahwa
rensposibiliti seorang marketer belum akan berakhir sebelum mampu
mempertanggungjawabkan segenap produk dan proses pemasaran dihdapan Allah di
Padang Mahsyar kelak. Dialah Tuhan bagi segenap nasabah, karyawan, generasi
penerus, pemerintah, masyarakat.
2). Marketing
1.
Definisi
Marketing
menurut Syakir Sula dalam bukunya Syariah marketing (2006 : 26) bahwa syariah
marketing adalah sebuah disiplin bisnis strategis yang mengarahkan proses
penciptaan, penawaran, dan perubahan value dari suatu inisiator kepada
stakeholdersnya, yang dalam keseluruhan prosesnya sesuai dengan akad dan
prinsip-prinsip muamalah (bisnis) dalam islam.
Artinya
: bahwa dalam syariah marketing seluruh proses
-
Penciptaan
-
Penawaran
-
Perubahan nilai (value) tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan
dengan akad dan prinsip-prinsip muamalah yang islami
Menurut
kaidah fiqhi : kaum muslim terikat pada kesepakatan-2 bisnis yang mereka buat,
kecuali kesepakatan-2 yang mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram
dan pada dasarnya semua bentuk muamalah (bisnis) boleh dilakukan kecuali ada
dalil yang mengharamkannya.
Syariah marketing sangat peduli
dengan nilai (value) yang lebih tinggi, harus memiliki merek yang lebih
baik karena bisnis syariah adalah bisnis kepercayaan, bisnis berkeadilan dan
bisnis yang tidak mengandung tipu muslihat di dalamnya. Servis merupakan jiwa
dalam bisnis syariah sejalan dengan sabda Rasulullah saw bahwa perusahaan itu
adalah pelayan bagi pelanggannya. Dalam hal proses baik internal maupun
eksternal yang akan berdampak pada penghantaran produk atau jasa (distribusi)
kepada pelanggan harus menjadi keperdulian syariah marketing.
Salah satu ketentuan dalam bisnis Islam yang tertuang dalam kaidah
fiqih yang mengatakan “kaum muslim terikat dengan kesepekatan-kesepakatan
bisnis yang mereka buat, kecuali kesepakatan yang mengharamkan yang halal atau
menghalalkan yang haram. Selain itu kaidah fiqih lain myatakan pada dasarnya
semua bentuk muamalah (bisnis) boleh dilakukan kecuali ada dalil yang
mengharamkannya. Intinya bahwa syariah marketing, seluruh proses - baik proses penciptaan, proses penawaran
maupun proses perubahan nilai (value) tidak boleh ada hal-hal yang bertentangan dengan akad dan prinsip
muamalah yang islami.
2.
Segmen pasar
syariah dibedakan menjadi 3 segmen, yaitu
-
Pasar emosional
-
Pasar Rasional
- Pasar Spiritual
a). Pasar
emosional
Pasar ini diartikan sebagai kumpulan nasabah yang datang kelembaga
keuangan syariah karena pertimbangan halal-haram, didorong oleh kekhawatiran
akan praktik riba dan konsiderasi
ukhrawi lainnya. Pasar ini tidak atau kurang memperhatikan harga dan kualitas
pelayanan demikian juga tersedianya network
yang memadai. Dengan kata lain pasar ini
benar-benar emosional religious “asal halal.
b). Pasar
Rational
Pasar ini secara umum adalah mereka yang sangat sensitive terhadap
perbedaan harga, varietas produk, bonafiditas lembaga keuangan atau bank,
kualitas pelayanan. Pasar ini berpendapat “boleh syariah dan halal asal
kompetitif, jika tidak terpaksa saya mencari yang lain”.
Pasar yang dianggap rasional ini di Indonesia pada tahun 1997-2000 (krisis moneter)mendapat
ujian mengenai kerasionalannya, ternyata
Pasar rasional ini kurang rasional , kurang tanggap terhadap sistem profit and loss sharing yang mempengaruhi
“negative spread” (% bunga deposit bank > bunga pinjamannya). Cost of fund
membumbung tinggi dan ekonomi mengalami stagnasi. Di lain pihak pasar yang
dianggap pasar emosional selama ini karena pertimbangan religius justru
benar-benar rasional, mereka tidak terdorong oleh pertimbangan komsersial,
tetapi pertimbangan spiritual ddan
nilai-nilai luhur lainnya yang akan mendapatkan value-added di akhirat kelak.
Namun demikian, tetap kita harus memperbaiki kekurangan-2 pasar emosional ini
dengan memperbaiki pelayanan (cutomer service) agar lebih professional, memperluas
jaringan ATM atau service point serta menekan biaya/cost per unit product. Kita
harus lantang menyatakan bahwa kekurangan ini tidak ada hubungannya dengan
syariah, tetapi disebabkan karena kurang kaffanya syariah. Karena syariah tidak
mengenal customer service yang mahal senyum, tidak mengenal teller yang lamban dan
bertele-tele. Syariah juga tidak mengenal branch manager yang kurang drive dan
kurang lincah untuk mengejar peluang-2 bisnis yang profitable, syariah juga
tidak mengenal laporan-laporan nasabah yang kadang terkirim dan terkadang
tidak, lalu customer service menyatakan
afwan akhi (maafkan saudaraku).
c). Pasar Spiritual
Praktik bisnis bergeser dan mengalami transformasi dari level
intelektual (rasional) ke emosional dan akhirnya ke spiritual.
Di level intelektual pemasaran memang seperti robot dengan
mengandalkan kekuatan logika dan konsep-2 ke ilmuan. Marketer menyikapi
pemasaran secara fungsional-teknikal dengan menggunakan sejumlah
tools-pemasaran, seperti segmentasi , targeting, positioning, marketing-mix,
branding dsb. Otak kiri marketer paling
berperan.
Di level emosional kemampuan pemasar dalam memahami emosi dan
perasaan pelanggan menjadi penting. Pelanggan dilihat sebagai manusia
seutuhnya, lengkap dengan emosi dan perasaannya. Otak kananlah marketer yang
lebih dominan; pemasaran menjadi menjadi seperti manusia yang berperasan dan empatik. Konsep
pemasaran antara lain experintal marketing dan emotional branding.
Dengan pecahnya skandal keuangan di AS dan tumbangnya perusahaan-2
Raksasa seperti Enron, World Com, atau Global Crossing. Era pemasaran bergeser
lagi kearah Spiritual marketing. Dilvel Spiritual ini pemasran disikapi sebagai
“ bisikan nurani” , panggilan jiwa (“calling”). Pratik pemasaran dikembalikan
kepada fungsinya yang hakiki dan dijalankan dengan moralitas yang kental
Prinsip-prinsip kejujuran, empati, cinta, dan kepedulian terhadap sesama
menjadi dominan. Di level intelktual bahasa yang digunakan adalah “bahasa logika”. Dilevel emosional
bahasa yang digunakan adalah “bahasa
rasa” . Di level Spiritual digunakan “bahasa
hati” . Kata hati nurani adalah lentera penerang yang akan menunjukkan ke
mana arah yang akan dituju. Nurani adalah “senjata pamungkas” untuk memenangkan
persaingan.
Berdasarkan kasus
runtuhnya sejumlah perusahaan besar di AS tersebut di atas menunjukkan bahwa
sehebat apapun strategi bisnis anda,
secanggih apapun tools pemasaran yang
anda jalankan, semuanya tak akan ada gunanya kalau tidak dilandasi nilai-2
spiritual yang kokoh. Paradigma baru dalam pemasaran yang dilandasi oleh
kebutuhan yang paling pokok dan paling dasar yaitu kejujuran, moral dan etika
dalam bisnis-à inilah spiritual marketing. Orang tidak
semata-mata menghitung untung rugi, tidak terpengaruh lagi dengan hal-hal yang
bersifat duniawi. Panggilan jiwalah yang mendorongnya karena di dalamnya
mengandung nilai-2 spiritual. Dalam bahasa Syariah Spiritual marketing adalah
tingkatan-tingkatan “pemasaran langit” karena di dalam prosesnya tidak ada yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip muamalah (bisnis syariah), mengandung nilai-nilai ibadah yang
merupakan refleksi dari ikrar seseorang muslin ketika ia beribadah ( ya Allah,
aku berikrar, sesungguhnya sholatku, ibadahku, hidupku dan matiku hanya untuk
Allah semata). Seorang muslim yang baik dalam transaksi muamalahnya – dalam hal
ini pemasaran baik sebagai pemimpin perusahaan, pemilik, pemasar, pesaing
maupun sebagai pelanggan – hendaklah prinsip-prinsip keadilan, kejujuran,
transparansi, etika dan moralitas menjadi napas dalam setiap bentuk transaksi
bisnisnya.
Spiritual marketing artinya kita mampu memberikan kebahagiaan
kepada setiap orang yang terlibat dalam berbisnis baik dari kita sendiri,
pelanggan, pemasok, distributor, pemilik modal, dan bahkan pesaing kita. Kita
harus mencintai pelanggan dan sekaligus juga menghargai para pesaing. Persaingan
dalam paradigm spiritual marketing adalah hal yang baik karena turut membesarkan
pasar. Kita menempatkan pesaing sebagai mitra ketimbang sebagai musuh yang
harus dipukul. Stake holders utama dalam
bisnis adalah pelanggan, karyawan dan pemegang saham.
Suatu bisnis, sekalipun bergerak dalam bisnis yang berhubungan
dengan agama, namun jika tak mampu memberikan kebahagiaan kepada semua pihak,
berarti belum melaksanakan spiritual marketing misalnya dalam bisnis travel
haji, sekalipun mengurus orang yang sedang menjalankan ibadah haji, tetapi
dalam pelaksanaannya terdapat penyimpangan-2 dari segi fasilitas dan akomodasi
setelah di Tanah Suci, tidak sesuai dengan yang dijanjikan dan dipromosikan
sebelumnya, maka bisnis kita tidak berjalan dengan konsep bisnis syariah dan
belum menjalankan spiritual marketing. Di dalam bisnis Syariah Allah swt sangat
menekankan kejujuran dan keadilan dan dalam spiritual marketing pesaing
bukanlah musuh, tetapi menjunjung tinggi nilai-2 moral dan selalu memelihara
hubungan baik , kemitraan dan pesaing. Persaingan dalam paradigma “spiritual
marketing” adalah hal yang baik karena persaingan turut membesarkan pasar.
Spritual marketing dapat kita laksanakan dengan optimal dalam
segala aktivitas sehari-hari kita dengan menempatkan Tuhan sebagai stakeholder
utama. Inilah perbedaan pokok antara pemasaran biasa dengan spiritual
marketing. Kita menempatkan Tuhan sebagai satu-satunya pemilik kepentingan (the
ultimate stakeholder). Akuntabilitas dan rensposibility diterjemahkan sebagai
pertanggungjawaban di Padang Mahsyar kelak yang merupakan pengadilan abadi
terhadap sepak terjang manusia baik yang tersurat maupun yang tersirat.
3.
Pengertian Syariah Marketing oleh Pakar Ekonomi syariah
a. M. Syafii
Antonio mengatakan bahwa Syariah marketing (2006 : 14) merupakan konsep
persaudaraan dan perlakuan yang sama bagi setiap individu dalam masyarakat dan
dihadapan hukum harus diimbangi dengan keadilan ekonomi . Konsep keadilan
ekonomi dalam islam mengharuskan setiap orang mendapatkan haknya dan tidak
mengambil hak atau bagian orang lain.
b. Ahmad Riawan
Anna CEO Bank Muamalah Indonesia mengatakan bahwa di Bank yang dipimpinnya,
karyawan berkreasi berdasarkan prinsip-2 langit. Karyawan tidak hanya dituntut
menyelenggarakan prinsip pengelolaan usaha yang sehat yang dikenal dengan “Good Coporate
Governance” melainkan juga melaksanakan prinsip “God Corporate Governance”
dengan transparansi dan akuntabilitas yang tinggi. Mareka bekerja bukan
semata-mata alasan financial, tetapi termotivasi pengabdian kepada Sang Maha
Kuasa. Mareka mempersembahkan kinerja terbaik bagi perusahaan yang merupakan
kunci untuk memasuki pintu keabadian menuju kepadaNya. Semua aktivitas
pengelolaan seharusnya diwarnai oleh semangat spiritual yang menyebarkan
kebaikan, bukan kejahatan, menumbuhkan korporasi bukan monopoli, mengedepankan
kebersihan dan kejujuran bukan ketamakan dan keangkuhan.
4. Prinsip-prinsip
syariah marketing yang merupakan
landskap syariah model 4 c Diamond,
Oleh Syakir
Sula , Syariah Marketing (2006 : 141), Yaitu :
1).
Information Technology Allows us to be transparent (change)
2). Be Respectful
to your competitors (competitor)
3). The
Emergence of customers Global Paradox (customer)
4). Develop
A Spiritual –Based Organisation (Company)
Company
Model
4 C Diamond
Keempat
prinsip pertama tersebut di atas (Change, Competitors, Customer dan Company)
menjelaskan landskap bisnis syariah.Tiga elemen pertama adalah elemen utama
dari landskap bisnis, merupakan factor eksternal yang dapat digunakan untuk
menganalisis lingkungan bisnis kita lewat analisis Change, Competitors, dan
customer. Sedangkan elemen terakhir (company) merupakan factor internal yang
penting dalam pembuatan strategi. Dengan menganalisis factor eksternal kita
dapat memperoleh gambaran mengenai bisnis kita di masa mendatang, Sedangkan
analisis factor internal dapat memberikan gambaran kondisi perusahaan kita.
5. Konsep Pemasaran Syariah (Syariah Marketing)
a. Prinsip-Prinsip
Syariah Marketing sebagai arsitektur bisnis
strategis menurut Syakir Sula
5). View market universally (segmentation)
6). Target customer’s Heart and soul (targeting)
7). Build a belief system (Positioning)
8).Differ yourself with A Good Package of conten and contex
(differentiation
9). Be Honest with your 4 P (marketing mix : Price,Product,Place,Promotion)
10). Practice A Relationship-based selling (selling)
11). Use A Spiritual Brand Character (Brand)
12). Service Should have the ability to transform (servis)
13). Practise A Reliable Business Process (Process)
b. Untuk dapat
meraih pasar Rasional diperlukan :
-
Syariah marketing Strategy
-
Syariah marketing Tactic
-
Syariah marketing Value
Model
Sembilan Elemen Inti Pemasaran
a). Syariah marketing stategy dperlukan untuk memenangkan mind-share
Syariah marketing strategy yaitu strategi untuk melakukan pemetaan
pasar berdasarkan ukuran pasar, pertumbuhan pasar, keunggulan kompetitif dan
situasi persaingan. Positioning harus solid agar dibenak pelanggan identitas
kita jelas.
Dalam Syariah marketing strategy, kita harus melakukan eksplorasi
pasar yang kerap berubah dengan melakukan segmentasi sebagai mapping strategy. Hal ini berarti
pengetahuan kita tentang pelanggan dan pesaing memegang peranan penting dalam
menentukan segmen mana yang akan dipilih. Komponen penting dalam mapping strategy adalah Besarnya ukuran
pasar (market size), pertumbuhan pasar (market growth), keunggulan kompetitif
(competitive advantage), dan situasi persaingan (competitive situation).
Setelah mengetahui segmen yang akan dimasuki lalu memilih target mana yang akan
dijadikan prioritas utama untuk produk atau servis kita berdasarkan komptensi
yang kita miliki dan peluang yang dapat diraih. Pemilihan ini disebut Fitting strategy. Setelah menetukan
posisi kita di pasar, kita harus memosisikan produk atau servis kita dibenak
konsumen ata masyarakat secara umum. Positioning sangat penting karena
merupakan “reason for being” bagi produk dan perusahaan kita. Dengan aanya
positioning yang kuat, awareness (kesadaran) terhadap produk atau servis kita
akan semakin kuat dan melekat.
b) Syariah marketing Tactic untuk memenangkan market-share.
Jika positioning kita kuat dibenak pelanggan kita perlu melakukan
diferensiasi yang mencakup “ apa yang ditawarkan (content), bagaimana
menawarkan (contex) dan infra struktur dalam proses penawaran. Manerapkan
diferensiasi ini secara kreatif dan inovatif dengan menggunakan marketing mix
(price, product, place, promotion—4 P)
c). syariah marketing value untuk memenangkan heart –share.
Syariah marketing value dari produk atau jasa berarti peningkatan
value dengan cara bagaimana agar kita mampu memmbangun merek yang kuat,
memberikan servis yang membuat pelanggan loyal dan mampu menjalankan proses
yang sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pelanggan. Merek atau brand
merupakan nama baik yang menjadi identitas sesorang atau perusahaan, misalnya
pada diri nabi Muhammad terekam kuat dipikiran semua orang bahwa beliau adalah
seorang “al amin”. Brand ini menjadikan nabi Muhammad lebih mudah untuk
mengharmonisasikan produknya, karena semua orang telah mempercayai
perkataannya. Selain merek juga perlu diperhatikan servis untuk selalu menjaga
kepuasan pelanggan karena filosofinya “every business is a service business”.
Di dalam melakukan pelayanan sikap yang simpatik lembut, sopan dan penuh kasih sayang.
Prinsip terakhir adalah proses yang mencerminkan tingkat qualitas, cost dan
delivery dari produk atau jasa yang kita tawarkan, misalnya Bank Muamalat
Indonesia (BMI) terus meningkatkan conten dan contex produknya agar nasabah
semakin terpikat.
Walaupun BMI telah memiliki positioning kuat dibenak nasabah, BMI
terus mengembangkan infrastrukturnya terutama dibidang teknologi informasi,
jaringan dan SDM. Upaya meningkatkan kualitas servis, BMI melakukan aliansi
strategis misalnya bergabung dengan ATM Bersama dan ATM BCA yang memungkinkan
nasabah BMI dapat mengakses pada lebih dari 9000 ATM di seluruh Indonesia.
3). Sustainable
a. Syariah Scorecard
Prinsip 14
menjelaskan syariah scorecard, yaitu create value to your stakeholders
(scorecard). Prinsip ini menyangkut stake holders : Pemilik saham, Karyawan dan
Costomer
Kita harus terus-menerus
menyeimbangkan proporsi-proporsi nilai yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah kepada stakeholders utama, yaitu
karyawan (people), pelanggan (customer), dan pemegang saham (share-holders)----àsering
disebut PCS-circle (people, customer dan share-holders). Pemasaran harus
dilakukan kepada target yanag tepat, kita harus mengidentifikasikan,
mendapatkan dan mempertahankan karyawan atau calon karyawan yang tepat dipasar
kompetensi; pelanggan atau calon pelanggan yang tepat di pasar komersil dan pemegang saham atau calon pemegang saham
yang tepat di pasar modal.
Orang-orang yang menjadi target
kita --à baik di
pasar kompetensi (karyawan berkemampuan/ahli), pasar komersil (pelanggan) dan
pasar modal (pemegang saham) tentunya mempunyai nilai-nilai pribadi (personal
values) yang sesuai dengan syariah.
Untuk mempertahankan mereka kita
harus menciptakan nilai yang unggul kepada stakeholders utama kita. Hal ini
merupakan piranti pengontrol dan pemantau untuk menjamin keunggulan dan
kekonsistenan nilai kita. Denga mengendalikan ddan memantau scorecard secara
terus menerus kita dapat mengelola nilai yang diberikan kepada stakeholders
kita secara optimal dan berkesinambungan (sustainable)
b. Gambar PCS
Circle